Jakarta — Kelompok mahasiswa asal Sulawesi Tenggara (Sultra) yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Jakarta menyampaikan kritik terhadap kepemimpinan Gubernur Sultra yang dinilai tidak cukup responsif terhadap persoalan mendesak masyarakat. Kritik ini disampaikan oleh salah satu perwakilan mahasiswa, Muh Hidayat, dalam pernyataan terbuka kepada media.
Menurut Hidayat, Gubernur Sulawesi Tenggara saat ini terlalu fokus pada proyek pembangunan Jembatan Muna-Buton, sementara berbagai persoalan krusial yang dihadapi masyarakat di daerah belum tertangani dengan baik. Ia mencontohkan jalan rusak, tingginya harga kebutuhan pokok, hingga angka kemiskinan yang masih mengkhawatirkan di sejumlah wilayah.
“Kami tidak menolak pembangunan Jembatan Muna-Buton. Tapi masyarakat Sulawesi Tenggara hari ini punya banyak persoalan yang lebih mendesak dan nyata. Gubernur jangan hanya sibuk mempromosikan proyek besar, tapi lupa pada rakyat di pelosok yang masih kesulitan akses jalan dan harga kebutuhan pokok yang terus naik,” ujar Muh Hidayat dalam keterangannya, Senin (14/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hidayat menegaskan bahwa kritik ini bukan bermaksud menolak pembangunan infrastruktur, melainkan mendorong pemerintah daerah untuk lebih bijak dalam menetapkan skala prioritas. Ia menilai, proyek jembatan antarpulau seperti Muna-Buton memang penting dalam jangka panjang, namun saat ini masyarakat lebih membutuhkan solusi yang langsung menyentuh kehidupan sehari-hari.
“Jika Gubernur Sultra hanya fokus pada proyek-proyek besar yang belum tentu segera dirasakan manfaatnya, sementara rakyat masih kesulitan mendapatkan akses dasar, ini sangat ironis. Pemerintah harus kembali mendengar suara rakyat kecil yang hari-harinya penuh perjuangan,” tegasnya.
Lebih jauh, Hidayat menyinggung fakta bahwa di berbagai kabupaten dan kecamatan di Sultra, masih banyak jalan penghubung antardesa yang rusak parah. Kondisi ini, menurutnya, sangat menyulitkan mobilitas masyarakat, terlebih dalam distribusi hasil pertanian dan kebutuhan pokok. Ia juga mencatat bahwa sejumlah komoditas penting mengalami kenaikan harga dalam beberapa bulan terakhir, memperburuk beban ekonomi warga.
“Kami ingin Gubernur hadir secara nyata di tengah rakyat, bukan sekadar muncul di baliho atau panggung seremonial. Ini saatnya pemerintah bekerja lebih konkret, bukan retoris,” katanya.
Muh Hidayat juga menekankan bahwa mahasiswa Sulawesi Tenggara yang berada di luar daerah, khususnya di Jakarta, tetap peduli terhadap dinamika yang terjadi di kampung halaman. Mereka, kata dia, berkomitmen untuk terus mengawal dan mengingatkan pemerintah daerah agar kebijakan yang diambil benar-benar berpihak pada rakyat, terutama kalangan yang paling rentan.
“Sebagai mahasiswa, kami punya tanggung jawab moral untuk bersuara. Kami akan terus mengawal jalannya kebijakan di Sultra agar tidak terjebak dalam proyek-proyek mercusuar semata, tetapi benar-benar berpijak pada kebutuhan riil masyarakat,” pungkasnya. (*)