Homeyo, Kab. Intan Jaya Papua Tengah. WASPADA INDONESIA – Kehadiran TNI bukan hanya sebagai penjaga perbatasan dan keamanan wilayah, namun juga menjadi jembatan antara negara dan masyarakat dalam menjawab berbagai kebutuhan dasar di daerah terpencil. Seperti yang dilakukan oleh Satgas Pengamanan Perbatasan (Pamtas) RI–Papua Nugini Mobile Yonif 113/Jaya Sakti (JS) yang tengah menjalankan tugas di wilayah pedalaman Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah. Melalui kegiatan komunikasi sosial atau Komsos, para prajurit aktif membangun kedekatan dengan masyarakat untuk mendengar langsung aspirasi dan keluhan mereka.
Kegiatan Komsos dilaksanakan oleh personel Satgas 113/JS di Kampung Sanepa, Distrik Homeyo, pada Sabtu, 11 Oktober 2025. Dalam proses bertatap muka dan berdialog langsung dengan warga, personel TNI menyerap berbagai permasalahan yang dialami masyarakat, mulai dari kebutuhan dasar seperti air bersih dan penerangan hingga tantangan akses pelayanan kesehatan. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk pembinaan teritorial yang efektif dalam memperkuat sinergi antara TNI dan masyarakat.
Dansatgas Pamtas RI–PNG Mobile Yonif 113/JS yang diwakili oleh Danpos Sanepa Kapten Inf Sugeng Jamianto menjelaskan bahwa komunikasi sosial bukan hanya menjadi sarana menjalin hubungan baik, melainkan juga strategi untuk memahami situasi dan kebutuhan nyata warga di lapangan. Menurutnya, mendengarkan secara aktif merupakan kunci dalam memahami keluhan masyarakat, sekaligus menjadi langkah awal untuk mencarikan solusi konkrit terhadap permasalahan yang mereka hadapi.
Kapten Inf Sugeng mengungkapkan bahwa keluhan yang disampaikan masyarakat sangat beragam. Sebagian besar terkait dengan keamanan, infrastruktur dasar, layanan kesehatan, perekonomian keluarga, hingga persoalan sosial lain yang selama ini belum tertangani optimal. Setiap keluhan, menurutnya, ditanggapi serius oleh anggota Satgas. Bila memungkinkan, langsung dicarikan solusi oleh petugas di lapangan. Namun jika memerlukan dukungan lintas sektor, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan instansi terkait.
Kegiatan ini, lanjutnya, menjadi cerminan bahwa kehadiran TNI di tengah masyarakat bukan semata menjalankan tugas militer, tetapi juga menjadi fasilitator yang menghubungkan warga dengan layanan-layanan negara. Pendekatan humanis seperti ini diyakini efektif mempererat hubungan emosional antara aparat keamanan dan masyarakat sipil, sekaligus menjaga stabilitas sosial di kawasan yang tergolong sulit dijangkau.
Respons masyarakat Kampung Sanepa terhadap pendekatan ini pun cukup positif. Kepala Desa Sanepa, Donatus Wandagau, menyampaikan bahwa sejak kehadiran Satgas 113/JS, situasi sosial di kampung menjadi lebih kondusif dan kebutuhan dasar warga perlahan mendapat perhatian. Ia mengapresiasi peran aktif TNI dalam memberikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada warga desa yang mengalami sakit. Ia mengaku, sebelumnya masyarakat harus menempuh perjalanan dua hari dua malam untuk berobat ke Nabire, sebab tidak ada satu pun fasilitas kesehatan di wilayah tersebut.
Selain pelayanan kesehatan, Donatus juga berharap agar Pos TNI dapat membantu menyediakan solarcell untuk penerangan warga, pembangunan instalasi air bersih, serta dukungan kebutuhan dasar lainnya. Menurutnya, kebutuhan tersebut telah lama menjadi beban masyarakat karena keterbatasan biaya dan akses infrastruktur yang belum memadai.
Desa Sanepa sendiri berada di kawasan pegunungan terjal dan tergolong wilayah sangat terpencil. Sebagai salah satu kampung di Distrik Homeyo, desa ini memiliki keterbatasan sarana transportasi, infrastruktur minim, serta pelayanan publik yang tidak maksimal. Mayoritas penduduk menggantungkan penghidupan dari sektor pertanian subsisten yang berproduktivitas rendah, sehingga rentan terhadap berbagai persoalan sosial dan ekonomi.
Namun kehadiran Pos TNI dalam beberapa bulan terakhir memberikan harapan baru. Masyarakat mulai merasakan manfaat nyata seperti pelayanan kesehatan darurat, akses komunikasi melalui jaringan internet, serta perlahan mulai mendapat penerangan dari alat solarcell yang dibawa oleh Satgas Yonif 113/JS. Kehadiran personel TNI pun dinilai meningkatkan rasa aman warga dalam menjalani aktivitas sehari-hari, terutama di tengah kondisi geografis dan keamanan yang dinilai masih cukup rentan.
Satgas Pamtas RI–PNG Mobile Yonif 113/Jaya Sakti memperlihatkan bahwa peran militer di daerah perbatasan tak hanya sebatas menjaga kedaulatan wilayah, tetapi juga menyentuh aspek kemanusiaan, sosial, dan pembangunan. Dengan menyentuh langsung kehidupan masyarakat melalui pendekatan humanis dan komunikasi dua arah, TNI membuka ruang solidaritas sekaligus menjadi penggerak perubahan di wilayah yang sebelumnya terisolasi. Transformasi ini bukan hal instan, namun berbekal kemitraan dan kepercayaan, pemerataan pembangunan diyakini bisa menyentuh seluruh pelosok negeri, termasuk di Tanah Papua yang masih terbungkus sunyi dan keterbatasan.
Laporan : Salihan Beruh