KUTACANE — Pemerintah Aceh kembali menunjukkan komitmennya untuk mengatasi keterisolasian daerah, khususnya di wilayah pedalaman Aceh Tenggara yang selama ini sulit dijangkau karena keterbatasan infrastruktur. Salah satu upaya konkret yang kini tengah diperjuangkan adalah penuntasan pembangunan jalan tembus yang menghubungkan Muara Situlen di Kabupaten Aceh Tenggara dengan Gelombang di Kota Subulussalam. Proyek strategis ini mendapat kucuran dana sebesar Rp 80 miliar yang direncanakan dialokasikan dalam dua tahun anggaran mendatang.
Pembangunan jalan tersebut merupakan bagian dari program strategis pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Muzakir Manaf dan Fadhlullah. Proyek ini bukan hanya sebatas penghubung antarwilayah, tetapi juga menjadi simbol pengentasan ketertinggalan serta bentuk nyata dukungan terhadap sektor ekonomi kerakyatan, khususnya pertanian yang menjadi penopang utama kehidupan masyarakat di Kecamatan Leuser.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh dari daerah pemilihan delapan yang meliputi Aceh Tenggara dan Gayo Lues, Ali Basrah, menyatakan bahwa perjuangan untuk menghadirkan jalan tembus ini bukan baru dimulai tahun ini. Selama ini, dirinya bersama rekan-rekannya di DPR Aceh wilayah pemilihan yang sama terus mendorong agar jalur penghubung yang vital tersebut mendapat perhatian dan prioritas penganggaran pemerintah provinsi. Jalan Muara Situlen-Gelombang memiliki peran strategis dalam membuka akses pedalaman menuju wilayah yang lebih berkembang, serta memperlancar aktivitas ekonomi masyarakat yang selama ini terhambat akibat sulitnya akses transportasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, jalan tersebut merupakan dambaan masyarakat Kecamatan Leuser yang selama ini terisolir dan menghadapi berbagai keterbatasan, terutama dalam hal mobilisasi hasil pertanian. Petani di daerah tersebut, yang sebagian besar menggantungkan hidup dari sektor komoditas seperti jagung, kemiri, dan sawit, selama ini kesulitan memasarkan hasil bumi karena keterbatasan jalur pengangkutan. Dengan terwujudnya jalan penghubung ini, diharapkan akan membuka peluang ekonomi baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta memangkas jarak dan waktu tempuh dalam distribusi kebutuhan pokok maupun hasil produksi pertanian.
Anggaran sebesar Rp 80 miliar yang disiapkan untuk proyek ini dirancang untuk menuntaskan seluruh pembangunan jalan dalam kurun dua tahun, dimulai pada tahun 2026. Ali Basrah optimistis bahwa jika semua pihak mendukung dan proses berjalan sesuai rencana, maka hambatan transportasi yang selama ini menghantui masyarakat pedalaman akan segera teratasi. Ia juga meminta doa dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat sehingga pembangunan infrastruktur ini dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya dirasakan langsung oleh masyarakat.
Lebih jauh ia menjelaskan bahwa akses transportasi yang layak bukan hanya akan memperlancar kegiatan ekonomi, tapi juga membuka peluang masuknya pelayanan dasar yang lebih baik, seperti pendidikan, kesehatan, hingga pariwisata daerah. Dengan luasnya potensi pertanian di kawasan tersebut, bahkan antar kabupaten tetangga pun bisa terintegrasi secara ekonomi apabila jalur ini terbuka lebar. Maka harapan untuk membangun kawasan tengah dan barat Aceh secara merata bukan lagi sekadar wacana.
Ia mengingatkan bahwa pembangunan ini bukan hanya tanggung jawab eksekutif dan legislatif, tetapi membutuhkan sinergi antara pemerintah daerah, tokoh masyarakat, serta dukungan aktif dari masyarakat itu sendiri. Kepedulian terhadap kelestarian lingkungan juga perlu menjadi perhatian selama pengerjaan proyek, agar pembangunan tidak merusak ekosistem yang selama ini menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat pedalaman. Dengan kerja sama semua pihak dan optimisme yang kuat, keberadaan jalan tembus Muara Situlen-Gelombang diharapkan tidak hanya membuka isolasi wilayah, tetapi juga membuka babak baru pembangunan yang merata dan berkeadilan di Aceh.
Laporan : Salihan







































