Agus Suryadi Maju sebagai Calon Geuchik Batu Sumbang dengan Visi Sosial dan Komitmen Perubahan Desa

Waspada Indonesia

- Redaksi

Senin, 28 Juli 2025 - 22:47 WIB

50196 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aceh Timur – Dari sebuah desa di hulu Kecamatan Simpang Jernih, suara perubahan perlahan-lahan mulai terdengar. Desa Batu Sumbang, yang selama ini nyaris luput dari perhatian media dan kebijakan besar kabupaten, kini tengah bersiap menyambut momentum enam tahunan: pemilihan Geuchik. Dalam hiruk pikuk pesta demokrasi lokal itu, satu nama mengemuka—Agus Suryadi. Bukan sekadar kandidat, tetapi pembawa gagasan yang mencoba mendefinisikan ulang peran seorang kepala desa di tengah realitas sosial yang kompleks.

Agus bukan figur asing bagi masyarakat Batu Sumbang. Ia tumbuh bersama denyut kehidupan desa yang masih kerap bergulat dengan keterbatasan infrastruktur, akses pelayanan publik, dan dinamika ekonomi yang stagnan. Namun perjalanan hidup membawanya pada profesi yang mempertemukannya dengan banyak wajah ketimpangan dan harapan: jurnalis. Bertahun-tahun ia menyusuri daerah-daerah pedalaman sebagai pekerja pers, menuliskan kisah-kisah kecil yang sering tak tersentuh kebijakan besar.

Kini, dengan pengalaman itu, ia kembali ke desa, membawa pandangan baru tentang apa yang semestinya menjadi prioritas. Bukan janji, katanya, tapi strategi. Bukan pembangunan yang elitis, tapi pelayanan yang menyentuh kehidupan warga dari dekat—dan dari dalam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari 14 program yang ia susun, sembilan di antaranya adalah program yang langsung menyentuh kebutuhan harian masyarakat. “Saya tidak bicara proyek besar. Saya bicara tentang ibu yang ingin melahirkan tapi khawatir tidak ada biaya. Tentang bapak yang meninggal dan keluarga tak tahu bagaimana urus jenazah. Tentang anak yang pintar tapi tidak tahu ke mana harus cari biaya kuliah,” ujarnya dalam sebuah pertemuan terbuka bersama warga di meunasah desa.

Baca Juga :  Gaji Aparatur Desa dan TPP ASN di Aceh Timur Tertunda: LAKI Desak Kejati Aceh Usut Dugaan Penyalahgunaan Anggaran

Program-program Agus dirancang menyasar titik-titik vital: pengadaan ambulans desa, beasiswa bagi pelajar dari keluarga kurang mampu, fasilitasi pengurusan administrasi kependudukan (Adminduk), santunan untuk warga yang mengalami musibah atau wafat, bantuan bagi ibu hamil yang akan melahirkan, serta akses pengobatan gratis dalam kondisi darurat.

Di luar itu, ia juga menggarisbawahi persoalan yang selama ini tabu disinggung dalam forum resmi desa: narkoba. “Batu Sumbang tidak boleh menjadi koridor gelap peredaran narkotika. Ini bukan isu kota, ini juga soal desa. Kita tidak akan kompromi,” tegasnya. Salah satu visinya adalah menjadikan Batu Sumbang sebagai Gampong Bebas Narkoba, bukan hanya sebagai slogan, tapi dengan mekanisme deteksi, pendampingan, dan edukasi lintas usia.

Yang menarik, Agus tidak bicara sendirian. Ia mengajak warga membedah setiap programnya, membuka diskusi soal anggaran, skema gotong royong, dan koneksi eksternal yang bisa digunakan. Ia mengklaim memiliki akses ke jejaring sosial yang lebih luas, mulai dari organisasi sosial, media, hingga lembaga pemerintah. “Kita tidak bisa hanya menunggu dana desa. Kepala desa hari ini harus mampu membawa program ke desa, bukan menunggu program datang,” ucapnya.

Salah satu proposalnya yang menjadi sorotan adalah pengadaan mesin RO mini—sebuah teknologi penyaring air yang akan digunakan untuk menjamin ketersediaan air bersih. Di desa yang airnya sering keruh dan tidak layak konsumsi, usulan ini mendapat banyak sambutan. Namun di sisi lain, tantangan teknis dan pembiayaan masih menjadi pertanyaan.

Para pendukung Agus melihatnya sebagai pemimpin baru yang tidak sekadar hadir karena garis keturunan atau popularitas keluarga. Ia membawa ruang dialog dalam politik desa yang selama ini sering dibungkam oleh kompromi-konpromi tertutup. Ia datang dengan catatan, bukan catatan prestise, tapi catatan masalah dan solusi yang dikumpulkannya sendiri dari cerita warga.

Baca Juga :  Bripka Oly Chandra Difitnah Lewat Blog Tak Bertanggung Jawab, Tempuh Jalur Hukum untuk Pulihkan Nama Baik

Namun jalan menuju perubahan tidak selalu mudah. Lawannya dalam kontestasi juga memiliki pendukung loyal. Ada suara-suara yang menyangsikan kemampuan Agus dalam mengelola birokrasi desa, karena latar belakangnya yang bukan dari pemerintahan. Tapi Agus menjawab dengan sederhana: “Saya tidak ingin menjadi birokrat. Saya ingin menjadi pelayan.”

Apa yang diperjuangkan Agus bukan sekadar kemenangan di kotak suara. Tapi semacam mandat moral untuk memulihkan kepercayaan warga pada pemimpin desa. Ia menawarkan pendekatan yang lebih manusiawi dalam pemerintahan lokal: pengelolaan terbuka, aspiratif, dan responsif terhadap kebutuhan nyata.

Masyarakat Batu Sumbang kini berada di persimpangan penting. Apakah mereka akan tetap berjalan pada jalur lama yang penuh kompromi, atau memilih untuk mengambil risiko dengan memberi kepercayaan pada wajah baru—yang datang dengan semangat, rencana, dan keberanian untuk menantang kemapanan desa.

Dalam dinamika yang sunyi namun bergelora itu, suara perubahan sedang mengalir. Bukan dari megafon partai atau baliho besar. Tapi dari percakapan kecil di warung kopi, dari obrolan di meunasah, dari kekhawatiran para ibu, dari semangat anak-anak muda yang ingin pulang ke desa dengan bangga.

Dan dari sana, nama Agus Suryadi mulai dikenal. Bukan karena janjinya, tapi karena niatnya. Bukan karena gelarnya, tapi karena keberaniannya untuk mencoba merobek diam yang terlalu lama menyelimuti Batu Sumbang. (RED)

Berita Terkait

Wartawan Senior Aceh Timur Desak Reformasi Kepemimpinan Dinas Pendidikan Demi Pendidikan yang Lebih Baik
Bripka Oly Chandra Difitnah Lewat Blog Tak Bertanggung Jawab, Tempuh Jalur Hukum untuk Pulihkan Nama Baik
Polemik Keuangan Aceh Timur Wakil Rakyat Aman ASN Yang Menanggung Beban.
Badan Advokasi Indonesia Desak Penegak Hukum Tindak Tegas Kasus Pupuk Bersubsidi dan Dana PNPM di Darul Aman Aceh Timur
Oknum Wartawan Aceh Timur Menjiplak Karya Orang Lain
Haji Sopiyan Sumber Hoak , Ini Klarifikasi Dari Hasbi, Ketua DPD Asosiasi Pewarta Pers Indonesia, DPD A-PPI
Ormas LAKI Aceh Timur Desak Polda Aceh dan Kejati Aceh Periksa LHP – BPK Aceh Timur TA 2021
Gaji Aparatur Desa dan TPP ASN di Aceh Timur Tertunda: LAKI Desak Kejati Aceh Usut Dugaan Penyalahgunaan Anggaran

Berita Terkait

Jumat, 22 Agustus 2025 - 22:27 WIB

Hidup Jadi Pemulung, Warga Buring Lampung Selatan Terlunta Menanti Ganti Rugi JTTS

Jumat, 22 Agustus 2025 - 19:51 WIB

Dari Bandung untuk Indonesia: XTC Gelar Munas Ke-2 dan Pemilihan Ketua Umum Baru

Rabu, 20 Agustus 2025 - 13:54 WIB

Tepian Narosa Bergemuruh, Pacu Jalur 2025 Jadi Magnet Wisata dan Warisan Budaya Indonesia

Selasa, 19 Agustus 2025 - 03:56 WIB

Jerry Massie Menilai Jiwa Soehartoisme Mbak Tutut Menjadi Kekuatan untuk Memimpin Partai Beringin

Minggu, 17 Agustus 2025 - 08:38 WIB

Kakanwil BPN Kepri Terima Apresiasi Penghargaan dari Kapolda, Sukses Ungkap Jaringan Mafia Tanah

Sabtu, 16 Agustus 2025 - 21:53 WIB

BPP KAPMI Apresiasi Pidato Presiden Prabowo Tentang Ekonomi & APBN 2026

Rabu, 6 Agustus 2025 - 19:40 WIB

Prestasi Membanggakan, Kanwil Ditjenpas Sumut Raih Piagam Penghargaan Nasional Di Rakor Kemenimipas Tahun 2025

Selasa, 5 Agustus 2025 - 02:12 WIB

Rekening Rakyat Diblokir, Agus Jaya: Ini Bukan Penegakan Hukum, Tapi Ketidakadilan Finansial

Berita Terbaru

NAGAN RAYA

Kapolsek Seunagan Timur Terima Penghargaan Dari RAPI Nagan Raya

Sabtu, 23 Agu 2025 - 13:54 WIB