KUTACANE — Proyek pembangunan Jembatan Mbarung–Kedataran di Kabupaten Aceh Tenggara terus dikebut menjelang target penyelesaian pada 31 Desember 2025. Namun, kehadiran jembatan darurat di lokasi proyek tersebut menuai kekhawatiran dari warga, terutama pengendara sepeda motor yang melintas.
Jembatan sementara yang dibangun oleh pelaksana proyek hanya memiliki lebar sekitar satu meter dan panjang lebih kurang 50 meter. Jembatan ini dibuat dari materi kayu yang dianggap tipis dan tidak kokoh, sehingga banyak pengguna jalan merasa khawatir saat melintasinya.
“Saya sangat takut jatuh, jembatannya sempit dan goyang. Bahkan tadi saya harus minta bantuan warga lain untuk bisa melewati,” ujar Jarimin (52), warga yang melintas, Sabtu (18/10/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Proyek dengan anggaran sekitar Rp7,8 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Aceh Tenggara tahun 2025 ini saat ini masih dalam proses penyelesaian bagian oprit. Pembangunan jembatan darurat disebut hanya sebagai bentuk inisiatif sementara untuk menjaga akses warga tetap terbuka.
Sujarno ST, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh Tenggara, menjelaskan bahwa pembangunan jembatan darurat tersebut murni sebagai langkah antisipasi karena tingginya kebutuhan masyarakat untuk tetap melintas.
“Awalnya akses itu memang direncanakan akan ditutup sementara selama pengerjaan berlangsung. Tapi karena banyak masyarakat yang membutuhkan, maka kami ambil inisiatif membangun jembatan darurat secara partisipatif,” terangnya.
Pembangunan jembatan utama dipastikan akan terus berprogres sesuai jadwal agar infrastruktur penghubung antarwilayah ini bisa segera difungsikan secara optimal dan aman bagi masyarakat.
Laporan: Salihan Beruh – Waspada Indonesia