JAKARTA | Tak terasa sudah 150 hari Pemerintahan Prabowo Gibran berjalan. Berbagai macam polemikpun nampaknya tak pernah habis mewarnai Pemerintah ini. Bahkan yang terbaru adalah kontroversi pernyataannya Kepala Kantor Komunikasi Presiden Hasan Nasbi. Dimana Hasan Nasbi awalnya merespons kabar teror kepala babi terhadap seorang jurnalis Tempo Francisca Christy Rosana –wartawan desk politik dan host Bocor Alus Politik. Hasan mengatakan sebaiknya kepala babi yang menjadi teror kepada Tempo itu dimasak saja. “Saya lihat dari media sosial Francisca, dia justru minta dikirim daging babi. Artinya dia tidak terancam. Dia bisa bercanda. ‘Kirimin daging babi dong. Tentunya pernyataan ini menuai banyak kecaman dari berbagai pihak. Salah satunya dari Co Founder Forum Intelektual Muda Muhammad Sutisna (Minggu, 23 Maret 2025).
Sutisna yang juga pengamat politik dan keamanan dari Universitas Indonesia mengatakan sangat menyayangkan apa yang disampaikan oleh Hasan Nasbi yang dianggap tak memiliki empati atas pernyataannya tersebut. Apalagi mengenai posisinya yang menjadi corong komunikasinya istana.
Tak seharusnya berkata demikian, bukan malah melindungi warga negara karena dirinya adalah bagian dari negara yang seharusnya bisa memberikan pernyataan solutif agar bisa menjamin kebebasan pers dan melindungi hak-hak warga negara, dirinya malah berseloroh yang tak masuk akal. Sungguh amat melukai kita semua. “Ungkap Sutisna”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sutisna juga mengatakan bahwa pernyataannya Hasan Nasbi ini sebenarnya adalah klimaks dari betapa buruknya tata komunikasi hingga kebijakan yang ada dalam struktur kabinet merah putih Prabowo Gibran. Tentu kita tak mungkin lupa terkait Polemik Gas Elpiji 3kg beberapa waktu lalu yang merupakan Kebijakan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang hampir saja membuat gejolak di masyarakat karena tidak ada perencanaan yang matang dan terkesan serampangan. Belum lagi menteri BUMN Erick Thohir yang terkesan tak beres dalam mengatasi tata kelola BBM kita, dengan adanya Mega korupsi di Pertamina. Hingga Menteri Perdagangan Menteri Perdagangan Budi Santoso, yang gagal menjaga stabilitas harga minyak subsidi “MinyaKita”. Produk yang sejatinya menjadi tumpuan masyarakat miskin, justru mengalami kelangkaan dan kenaikan harga.
Seharusnya dalam situasi yang tak pasti ini, para menteri maupun jajaran kabinet yang ada bisa lebih berhati-hati baik dalam membuat kebijakan maupun berkomunikasi kepada masyarakat. Jangan asal bunyi, membuat situasi makin runyam. Apalagi kita lihat saat ini IHSG kita makin anjlok, akibat dari adanya krisis kepercayaan baik pasar maupun publik terhadap pemerintah saat ini. “Ungkap Sutisna”.
Sutisna juga mengatakan bahwa dirinya mendengar kabar akan ada reshuffle secara makro pasca lebaran nanti,yang artinya bahwa Presiden harus segera mengganti nama-nama yang kerap bermasalah hingga menjadi musuh rakyat akibat dari ulahnya tersebut. Jangan sampai Presiden lamban dalam mendeteksi siapa bermasalah dan bisa berefek kepada Presiden itu sendiri.
Masih ada anak bangsa yang kompeten dan memiliki jam terbang mumpuni yang bisa membantu Presiden dalam mewujudkan Asta Citanya. Salah satunya adalah Harvick Hasnul Qolbi yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pertanian. Dimana dirinya pernah menolak secara tegas agar jangan sampai ada impor beras lagi. Hal itu berdasarkan hasil curhatan para petani kepada dirinya. Mengingat kala itu stock beras kita masih sangat surplus, apabila jadi impor. Tentu akan memberatkan petani. “Ungkap Sutisna”
Sutisna berharap bahwa Presiden untuk segera mewujudkan Reshuffle Kabinet tersebut. Agar tak ada lagi menteri maupun jajarannya yang bekerja serampangan.
Apalagi dalam situasi sekarang, ada hal yang paling fundamental yakni memperbaiki situasi ekonomi dan mengembalikan kepercayaan publik agar pemerintah ini bisa berjalan dengan baik untuk mewujudkan visi-misi tersebut. “Tutup Sutisna”.