Kutacane, 31 Mei 2025 – Duka menyelimuti dunia pendidikan di Aceh Tenggara. Seorang siswa sekolah dasar dikabarkan meninggal dunia, diduga akibat menjadi korban perundungan (bullying) oleh rekan-rekannya. Peristiwa memilukan ini mengundang keprihatinan luas, termasuk dari Anggota DPRK Aceh Tenggara, Ronal Halomoan.
Politikus dari Fraksi Demokrat itu angkat bicara dengan nada tegas. Ia mengutuk keras kejadian tersebut dan menyebutnya sebagai tamparan bagi sistem pendidikan dan pengawasan di sekolah-sekolah.
“Ini bukan sekadar tragedi. Ini adalah alarm keras bagi kita semua—pendidik, orang tua, pemerintah—bahwa bullying bisa membunuh,” ujarnya penuh emosi saat diwawancarai di Kutacane.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai anggota Komisi D DPRK Aceh Tenggara yang membidangi pendidikan, Ronal menyampaikan bahwa sejak awal masa jabatannya, ia telah mendorong agar pendidikan anti-bullying dijadikan materi wajib di setiap jenjang sekolah—mulai dari PAUD hingga SMA.
“Anak-anak harus dibekali dengan pemahaman sejak dini tentang bahaya bullying. Ini bukan hanya soal aturan sekolah, tapi tentang menyelamatkan masa depan generasi kita,” tegasnya.
Ia juga mendorong Dinas Pendidikan Aceh Tenggara untuk segera menginstruksikan semua sekolah mengadakan penyuluhan rutin terkait bullying, baik melalui kegiatan belajar mengajar maupun program ekstrakurikuler.
Tak lupa, Ronal juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mencegah tindakan kekerasan di lingkungan sekolah.
“Pendidikan karakter tidak hanya tugas guru. Orang tua juga harus hadir memberi teladan, pengertian, dan membangun komunikasi sehat dengan anak-anak mereka,” katanya.
Di akhir pernyataannya, Ronal mengajak seluruh masyarakat Aceh Tenggara untuk bangkit dan bersatu mencegah terulangnya tragedi serupa.
“Mari kita mulai dari sekarang. Tidak ada kata terlambat untuk berbuat baik. Satu tindakan kecil bisa menyelamatkan satu nyawa.”
Salam Saroha – Jangan Pernah Bosan Berbuat Baik.
(Red)