Kutacane – Gemuruh semangat keagamaan menggema di Lapangan Pemuda, Desa Gumpang Jaya, Kecamatan Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara, Kamis (24/7/2025). Di tengah ratusan peserta dan ribuan masyarakat yang memadati arena, Bupati Aceh Tenggara H. M. Salim Fakhry secara resmi membuka Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-40 tingkat kabupaten.
MTQ kali ini menjadi simbol penguatan nilai-nilai religius di tengah masyarakat sekaligus ajang seleksi untuk mencari qari dan qariah terbaik yang akan mewakili Aceh Tenggara dalam MTQ tingkat Provinsi Aceh di Pidie Jaya, Oktober mendatang.
Dalam sambutannya, Bupati Salim Fakhry menegaskan bahwa MTQ bukan semata-mata ajang kompetisi keagamaan. Lebih dari itu, ia menyebut MTQ sebagai momentum penting untuk memperkuat syiar Islam, menumbuhkan semangat keagamaan yang mendalam, serta mendorong peningkatan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Kegiatan MTQ ini harus mampu mendorong peningkatan pengetahuan, penghayatan, dan pengamalan terhadap Al-Qur’an,” ujarnya di hadapan jajaran Forkopimda, alim ulama, tokoh masyarakat, serta ratusan tamu undangan yang hadir dalam pembukaan tersebut.
Salim juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh kafilah dari 16 kecamatan serta panitia penyelenggara yang telah bekerja maksimal. Ia berharap MTQ ini tidak hanya menjadi ruang aktualisasi bagi para generasi muda penghafal dan pembaca Qur’an, tetapi juga mampu melahirkan utusan-utusan daerah yang bisa menorehkan prestasi di level provinsi, bahkan nasional.
“Saya berharap kafilah Aceh Tenggara mampu masuk 10 besar bahkan menjadi juara di tingkat provinsi,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan para dewan hakim untuk bekerja secara profesional dan menjunjung tinggi objektivitas. Menurutnya, hasil penilaian kali ini akan menentukan siapa saja yang akan mewakili Aceh Tenggara dalam ajang MTQ tingkat Aceh. Penilaian yang adil, katanya, menjadi kunci utama bagi pembinaan dan peningkatan kualitas peserta di masa mendatang.
Lebih jauh, Bupati menyinggung pentingnya komitmen masyarakat Aceh terhadap Al-Qur’an, yang menurutnya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan budaya masyarakat. Ia menyebutkan bahwa sejumlah kebijakan lokal telah menjadikan kemampuan membaca Al-Qur’an sebagai bagian dari syarat formal dalam proses politik daerah, termasuk dalam pemilihan kepala daerah dan pencalonan anggota legislatif.
“Kecintaan masyarakat Aceh terhadap Al-Qur’an adalah bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas kita. Melalui MTQ ini, kita memperkuat komitmen itu,” kata Salim, menutup arahannya.
Hadir pula dalam pembukaan, anggota DPR RI Komisi XIII yang juga tokoh Aceh Tenggara, Muslim Ayub. Dalam pidatonya, Muslim menyambut baik penyelenggaraan MTQ dan menyampaikan optimismenya bahwa dari ajang seperti ini akan lahir qari dan qariah yang tidak hanya unggul secara teknis membaca, tapi juga membawa nama baik Aceh Tenggara di tingkat lebih tinggi.
“MTQ bukan hanya ruang perlombaan, tapi juga bagian dari pembentukan karakter generasi muda yang religius, cerdas, dan terbebas dari ancaman sosial seperti narkoba,” ujarnya.
Ketua Panitia Pelaksana yang juga Kepala Dinas Syariat Islam Aceh Tenggara, M. Rasadi, menjelaskan bahwa MTQ ke-XL ini diikuti 489 peserta dari seluruh kecamatan di Aceh Tenggara. Mereka akan bertanding dalam enam cabang lomba, yakni Tilawatil Qur’an, Hifzhil Qur’an, Syarhil Qur’an, Fahmil Qur’an, Tartil Qur’an, serta Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an. Pelaksanaan kegiatan dijadwalkan berlangsung hingga 28 Juli 2025.
Menurut Rasadi, kegiatan ini merupakan bagian dari program pembinaan generasi muda Qur’ani yang rutin digelar dua tahun sekali. MTQ, katanya, bukan hanya kompetisi, tetapi juga bagian dari upaya sistematis pemerintah daerah untuk memperkuat nilai-nilai keislaman dalam kehidupan masyarakat.
Rangkaian pembukaan MTQ ke-XL itu juga dimeriahkan oleh penampilan marching band dari SMA Negeri 1 Kutacane, yang mengiringi defile kafilah dari 16 kecamatan.
Tampak hadir dalam kegiatan tersebut unsur Forkopimda Kabupaten Aceh Tenggara, Ketua MPU, para kepala OPD, camat, kepala desa, tokoh masyarakat, serta para alim ulama dari berbagai pelosok daerah. Aura kekhidmatan dan semangat keislaman terasa kuat, seakan menjadi refleksi nyata dari komitmen masyarakat Aceh Tenggara dalam menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat peradaban.
(Laporan: Salihan Beruh)