BATU BARA — Penggalian parit pembatas yang diduga mencaplok lahan warga oleh PTPN IV TIU diprotes puluhan warga Dusun I Desa Empat Negeri Kecamatan Datuk Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.
Protes warga yang menilai perusahaan BUMN tersebut berbuat semena-mena dibenarkan Kepala Desa Empat Negeri Kamaluddin yang akrab disapa Ute Kamel, Kamis (04/09/2025).
Iya puluhan warga Dusun I protes, bahkan 4 warga telah menyatakan keberatan atas sikap pihak perkebunan yang dinilai bertindak semena-mena, ucap Ute Kamel.
Ute mengatakan, berdasarkan protes warga, pihaknya berupaya mencari solusi dengan mengundang Forkopimca Datuk Lima Puluh, BPN dan PTPN IV TIU hari ini.
Namun Ute menyayangkan BPN dan PTPN IV TIU tidak mengindahkan undangan pihaknya.
Berdasarkan peninjauan lapangan, pihak PTPN IV TIU telah menggali parit pembatas sedalam 5 meter.
Bahkan penggalian dilakukan tepat dibatas lahan 3 warga. Bukan hanya itu, penggalian yang disebutkan warga dilakukan dengan menggunakan beko pada malam hari bahkan diduga kuat telah mencaplok lahan milik Sri Indah sepanjang 3,4 meter.
Hal ini diketahui setelah pihak desa hari ini melakukan pengukuran berdasarkan surat tanah milik Aidil Fitri.
Terkait penggalian yang diduga mencaplok lahan atau tanah warganya, Ute menyayangkan sikap pihak perkebunan milik negara tersebut.
Harusnya ada pemberitahuan maupun sosialisasi sebelum melakukan penggalian parit, ketus Ute.
Ditempat sama, Aceng, (46) pemilik lahan yang merasa dirugikan akibat penggalian persis dibatas lahannya mengungkapkan kekecewaannya.
Sebelumnya Centang kebun menyuruh warga membuat pintu pagar dari besi di ujung jalan. Tujuannya bila lembu telah kembali ke kandang maka pintu ditutup dan dikunci. Centeng beralasan untuk mencegah pencuri sawit masuk ke kebun, ujar Aceng yang dibenarkan warga lainnya.
Atas permintaan tersebut, warga pemilik ternak di Dusun I merespon permintaan Centeng dan dengan urunan membuat pintu pagar demi tetap diperbolehkannya ternak mereka masuk ke kebun.
Namun tak lama setelah pintu dipasang, pihak kebun malah melakukan pengorekan parit tanpa sosialisasi pada malam hari pula, sesalnya.
Usai peninjauan lapangan bersama Camat Datuk Lima Puluh Wahidin Kamal, Ute menyampaikan uneg-unegnya.
Ulah kebun menggali parit seenaknya menyebabkan masyarakat dirugikan. Karena itu kami meminta pertanggungjawaban pihak kebun.
Seharusnya pihak perusahaan ikut melindungi masyarakat. Namun dalam kondisi ini perkebunan malah meresahkan masyarakat, sergahnya.
Ute menyampaikan imbauannya, ditengah situasi sulit saat ini pihak kebun diharapkan tidak memancing amarah masyarakat.
Senada Camat Wahidin Kamal mengatakan galian ini melukai hati masyarakat. Memang hak mereka melakukan penggalian parit pembatas tapi harus diperhatikan kenyamanan masyarakat. Harus ada sosialisasi terlebih dahulu. Tidak boleh berbuat semena-mena, tegas Wahidin.
Wahidin mengingatkan parit dalam yang sangat dekat dengan pemukiman warga akan membahayakan keselamatan mereka terlebih keselamatan anak-anak.
Untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut, Wahidin mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan unsur Forkopimca Datuk Lima Puluh untuk melakukan mediasi antara masyarakat dengan pihak perkebunan.
Sedikitnya empat warga merasa dirugikan atas sikap PTPN IV TIU yang melakukan penggalian parit secara diam-diam. Warga tersebut adalah Aceng, (46) Sutrisno, (45) dan Aidil Fitri, (42) Mereka menyatakan keberatan karena perkebunan menggali parit persis dibatas lahan mereka.
Lain pula kondisi yang dialami Sri Indah, (31) Lahannya sepanjang 3,4 meter malah dicaplok perkebunan saat melakukan penggalian parit.