Du.ka Banjir Sungai Alas vs. Kursi Emas: Saat Aceh Tenggara Sekarat
ACEH TENGGARA – Di tengah tragedi kemanusiaan yang sedang berlangsung ini, suara seorang warga sipil bergemuruh, membawa kekecewaan yang jauh lebih tajam daripada pecahan batu yang dibawa banjir.
Zoel Kanedi, Ketua DKD LSM Kaliber Provinsi Aceh, berbicara dengan nada yang tidak lagi sekadar marah, melainkan terluka, saat menyampaikan uneg-unegnya kepada media pada Sabtu, 28 November 2025.
Delapan orang sudah kami temukan meninggal dunia, terseret arus Alas. Mereka adalah rakyat. Mereka adalah anak, ibu, ayah. Dan di tengah pencarian jenazah yang tersisa, di tengah anak-anak yang menggigil kelaparan, satu pertanyaan terus menghantui kami: Di mana Raja dan Panglima bumi Sepakat Segenep?” ujarnya, suaranya sarat kepedihan yang menusuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kanedi melanjutkan, dengan sorot mata yang menuduh:
”Ini bukan lagi soal penanganan bencana yang buruk; ini adalah soal moral yang lemah,dalam sejarah Aceh Tenggara. Bupati Salim Fakhri memilih panggung politik yang kering dan ambisius.pergi dari lumpur,dan tangisan rakyat yang telah memilih nya.
dia,terkesan diam, tidak menunjukkan kepemimpinan, karena hati nurani, telah disandera oleh kepentingan kursi! Kekuasaan hingga membiarkan lebih dari seribu keluarga mengungsi, kelaparan, dan berduka, hanya demi merebut kekuasaan partai. Nyawa kami, duka kami, jauh lebih murah daripada satu kursi Golkar di mata mereka!”
Zoel Kanedi menekankan bahwa kebutuhan rakyat saat ini jauh melampaui bantuan fisik.
”Ribuan warga menunggu. Tapi kami bukan hanya menunggu perahu, bukan makanan. Kami menunggu sosok pemimpin yang berjiwa besar Kami menunggu seseorang yang datang, basah kuyup, dan berani menatap mata para janda korban. Kami menunggu pertanggungjawaban, bukan punggung yang membelakangi penderitaan!” tutupnya, suaranya memecah keheningan yang memilukan tandas nya. (***).






































