Pidie – Kegiatan Silaturahmi Kebangsaan berlangsung khidmat dan penuh kebersamaan di dua kecamatan Geumpang–Mane, Kabupaten Pidie, pada Rabu 19 November 2025. Acara ini mempertemukan unsur Muspika, anggota KPA, para Keuchik, Mukim, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, serta para pemuda dalam satu momentum besar untuk memperkuat persatuan dan merawat perdamaian dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kegiatan ini menjadi ruang dialog kebangsaan yang meneguhkan tekad menuju Tapuga Pidie, Aceh Meusyehu, dan Indonesia yang maju.
Silaturahmi ini digelar sebagai upaya memperkokoh harmoni sosial di tengah dinamika masyarakat. Melalui kegiatan ini, seluruh elemen masyarakat sepakat untuk bahu-membahu menjaga keamanan, ketertiban, dan stabilitas wilayah.
Peserta yang hadir menilai bahwa persatuan merupakan fondasi terpenting bagi pembangunan Aceh pasca perdamaian yang telah berjalan selama dua dekade. Keterlibatan seluruh komponen masyarakat diharapkan dapat mencegah potensi konflik sekaligus menyatukan langkah menuju masa depan Aceh yang lebih bermartabat.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Danramil 17/Geumpang Kapt.Czi.M.Juhri, Iptu Mustafa (Kapolsek Mane), AKP Asnawi (Kapolsek Geumpang), Mahdi ST (Camat Geumpang), Muktar (Camat Mane), Baktiar selaku petinggi KPA Geumpang, serta Muhammad Yusri atau Amat Tong sebagai tokoh KPA Pidie.
Kolaborasi lintas sektor ini menunjukkan bahwa semangat kebersamaan antara pemerintah, aparat keamanan, dan KPA tetap terpelihara dengan baik di wilayah tersebut.
Dalam penyampaiannya, Baktiar menegaskan komitmen KPA Gempang untuk terus merawat damai dan mengawal seluruh program pembangunan pemerintah, baik presiden, gubernur, maupun bupati. Ia menekankan bahwa KPA tidak dapat bekerja sendiri tanpa keseriusan TNI/Polri dan pemerintah.
Baktiar juga menyampaikan harapan agar pemerintah pusat segera merapikan butir-butir kesepakatan damai demi terwujudnya cita-cita perdamaian abadi di Tanah Serambi Mekkah.
Sementara itu, Muhammad Yusri atau Amat Tong mengapresiasi kondisi Geumpang–Mane yang dinilainya sebagai contoh daerah yang damai, terbuka, dan rukun. Ia menegaskan bahwa selama 20 tahun pasca damai, KPA selalu menahan diri dan menjaga situasi tetap kondusif.
Menurutnya, biaya perang sangat mahal, namun merawat damai jauh lebih mahal karena membutuhkan kesadaran, pengorbanan, dan komitmen bersama. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga alam, menjaga damai, dan mendukung setiap program pemerintah demi kebaikan bersama.
Menutup kegiatan, seluruh peserta menyatakan komitmen bersama: menjaga persatuan, meneguhkan nilai-nilai kebangsaan, memperkuat hubungan antar-elemen masyarakat, serta memastikan stabilitas sosial tetap terpelihara di Pidie, khususnya Geumpang dan Mane.
Silaturahmi Kebangsaan ini diharapkan menjadi fondasi kokoh untuk membentuk generasi emas Geumpang–Mane yang lebih baik, berkarakter, dan siap membawa Aceh menuju masa depan yang damai dan sejahtera.[]







































